Hati yang Terbuka
Seorang bijak pernah berkata, “Yang paling dibutuhkan kita semua adalah ‘futuh’—terbukanya hati dan pikiran. Tanpa itu, kau bisa mengatakan dan menjelaskan apa pun, dan semuanya sia-sia. Kebenaran, sejelas apa pun, tidak dapat diterima orang yang hati dan pikirannya belum terbuka.”
Saya teringat kalimat itu, setelah tempo hari bercakap-cakap dengan seorang teman. Dia mengizinkan—bahkan meminta—kisahnya ditulis di blog ini, namun saya tidak mungkin menyebutkan nama asli. Jadi, mari kita sebut dia Kemal.
Saya teringat kalimat itu, setelah tempo hari bercakap-cakap dengan seorang teman. Dia mengizinkan—bahkan meminta—kisahnya ditulis di blog ini, namun saya tidak mungkin menyebutkan nama asli. Jadi, mari kita sebut dia Kemal.