Pertanyaan siapakah saya jarang terlintas dalam benak kita. Ini juga jarang mengusik di waktu-waktu senjang. Rutinitas pekerjaan, beragam tanggungjawab dari keluarga, hubungan sosial dengan teman, sanak saudara, dan tetangga menyita banyak waktu.
Dengan alat komunikasi yang selalu ada di tangan ini membuat hampir tidak ada waktu untuk merenungkan siapa diri kita.
Sekalipun demikian, jawaban pertanyaan ini dapat dimulai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana. Siapa ayah dan ibu kandung Anda? Tahun berapa Anda lahir? Di mana Anda lahir? Apa minat Anda?
Pertanyaan tentang ciri-ciri Anda secara lahiriah dapat ditambah- mulai dari tinggi badan, warna kulit, raut muka, dan beragam ciri lainnya.
Pertanyaan dapat juga diperluas. Siapa yang paling banyak mempengaruhi Anda? Siapa yang paling banyak berperan membentuk Anda seperti sekarang ini? Buku-buku apa yang telah merubah hidup Anda? Apa keyakinan-keyakinan yang Anda hidupi?
Masih ada beberapa pertanyaan-pertanyaan yang lebih penting. Immanuel Kant pernah mengajukan empat pertanyaan- "Siapakah saya? Apa yang seharusnya saya tahu? Apa yang seharusnya saya kerjakan? Apa pengharapanku?"
Mengenal Diri: "Siapakah saya? Apa yang seharusnya saya tahu? Apa yang seharusnya saya kerjakan? Apa pengharapanku?"
Keempat pertanyaan Kant kelihatan sederhana. Namun, jawabannya tidak mudah.
Dalam diri ada roh, jiwa, hati, hati nurani, pikiran, akal, emosi, intuisi, kemauan, otak dan tubuh. Tidak mudah membedakan istilah-istilah ini.
Apa hubungan antara yang satu dan yang lain? Apakah roh dan jiwa berbeda? Apakah pikiran dan hati berbeda? Di mana letak roh, pikiran dan hati dalam diri?
Apakah tubuh dan jiwa bersatu? Apakah jiwa bisa eksis tanpa tubuh? Kalau jiwa terpisah dari tubuh seperti orang meninggal, apakah tubuh akan berpisah dari jiwa selamanya atau apakah keduanya akan bersatu kembali?
Apakah reinkarnasi atau kebangkitan tubuh ada? Kalau ya, bagaimana sosok eksistensi diri di kehidupan berikutnya? Seperti apakah kehidupan dunia setelah kematian?
Banyak yang tidak diketahui tentang diri. Masih ada teka-teki kenapa makin panjang umur makin lemah phisik dan akhirnya mati. Apakah diri dapat dikenal sampai tuntas?
Jalan hidup ke depan - hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun- tidak dapat diketahui dengan jelas. Siapa yang bisa menjamin bahwa Anda akan berhasil?
Agustinus mengatakan, "Hanya dua hal yang saya ingin tahu: Tuhan dan jiwa saya."
Mengenal diri merupakan hal yang sangat penting. Sampai ajal menjemput, belum tentu pengenalan diri ini bisa tuntas. Namun demikian, semakin serius bertanya tentang diri ada peluang untuk mengetahui siapa yang 'menghadirkan' kita di dunia ini.
Agustinus, yang hidup di abad ke-4 dan ke-5, dapat menjadi model. Ia mengatakan, "Saya hanya ingin mengetahui Tuhanku dan jiwaku." Bagi Agustinus, mengenal Sang Ilahi dan mengenal diri adalah dua hal yang paling penting dalam hidupnya.
Silakan tambahkan komentar Anda